Korea Selatan mengambil langkah signifikan dengan membongkar sejumlah pengeras suara yang selama ini digunakan untuk menyampaikan propaganda ke wilayah Korea Utara. Keputusan ini merupakan bagian dari strategi pemerintah baru di bawah Presiden Lee Jae-myung untuk menurunkan tingkat ketegangan di Semenanjung Korea dan membuka peluang dialog dengan Pyongyang.
Presiden Lee Jae-myung resmi menjabat sejak awal 2025 setelah terpilih melalui hasil pemilu terbaru. Politisi dari Partai Demokrat Korea ini dikenal dengan gaya kepemimpinan yang tegas dan populis, serta fokus pada isu kesejahteraan sosial seperti upah dasar universal dan perumahan terjangkau. Dalam kebijakan luar negerinya, Lee menunjukkan sikap yang lebih terbuka dan berwawasan reformis, termasuk dalam pendekatannya terhadap Korea Utara.
Menurut pernyataan dari militer Korea Selatan, langkah membongkar pengeras suara ini diambil sebagai tindakan praktis untuk mengurangi ketegangan di perbatasan tanpa mengorbankan kesiapsiagaan militer negara. Juru bicara Kementerian Pertahanan, Lee Kyung-ho, menyebutkan bahwa ini adalah upaya untuk menenangkan keadaan sambil tetap menjaga pertahanan. Ia juga menegaskan bahwa tidak ada diskusi resmi antara kedua belah pihak terkait kebijakan ini.
Saat ini, sekitar 20 perangkat pengeras suara yang tersisa di wilayah perbatasan akan segera dibongkar dalam beberapa hari ke depan. Pengeras suara ini sebelumnya menyiarkan berita, informasi mengenai masyarakat demokratis, serta musik K-pop—sebuah genre musik populer dari Korea Selatan yang dikenal karena perpaduan elemen musik dan visual yang menarik. Siaran ini mampu terdengar hingga 20 kilometer ke wilayah Korea Utara.
Langkah ini menandai perubahan besar dari pendekatan keras yang diambil oleh pemerintahan sebelumnya di bawah Presiden Yoon Suk-yeol, yang lebih cenderung menegaskan sikap tegas terhadap Pyongyang. Presiden Lee, yang mulai menjabat Juni lalu, menekankan pentingnya membuka kembali jalur komunikasi dan diplomasi dengan Korea Utara.
Sebelumnya, Korea Selatan sempat kembali menggunakan siaran pengeras suara pada Juni 2024 sebagai respons terhadap pengiriman hampir seribu balon berisi sampah oleh Korea Utara ke wilayah Selatan. Siaran tersebut bertujuan menyampaikan pesan harapan dan dukungan kepada masyarakat di utara.
Hingga saat ini, Korea Utara belum merilis pernyataan resmi mengenai pembongkaran tersebut. Kim Yo Jong, adik dan penasihat utama Pemimpin Kim Jong-un, menyatakan bahwa Seoul masih dianggap sebagai negara bermusuhan dan menolak ajakan dialog dari pihak Korea Selatan. Media seperti NHK melaporkan bahwa Pyongyang kini lebih menitikberatkan pada kerja sama militer dengan Rusia dan tidak melihat urgensi dalam melanjutkan diplomasi dengan Seoul maupun Washington.
Hubungan kedua negara memang memburuk dalam beberapa tahun terakhir, terutama karena perkembangan program nuklir Pyongyang dan latihan militer bersama antara Korea Selatan dan Amerika Serikat. Meskipun Perang Korea berakhir dengan gencatan senjata dan secara formal masih berlangsung status perang, kebijakan terbaru dari Seoul ini diharapkan dapat menjadi langkah awal menuju pengurangan ketegangan dan membuka jalur komunikasi baru, meskipun jalan menuju rekonsiliasi masih panjang.